Cadaver merupakan film asal Norwegia yang rilis di Netflix pada Oktober 2020. Ketika mendengar judulnya, saya bisa langsung membayangkan keterlibatan jenazah dalam alur cerita. Pada awal film, saya masih dibuat bosan dengan diceritakannya latar belakang Leonora, si tokoh utama.
Film ini menceritakan kehidupan masyarakat pasca bencana nuklir. Tidak diceritakan seperti apa bencana tersebut, namun diperlihatkan bahwa banyak warga yang meninggal di jalanan. Para warga yang bertahan hidup tidak memiliki cukup makanan maupun uang. Beruntung nya rumah mereka masih dapat dihuni. Mereka yang masih hidup pun dirundung kekhawatiran mengenai bagaimana melanjutkan hidup, tanpa uang maupun makanan.
Di tengah tengah masa sulit itu, terdapat sebuah hotel yang menggelar pertunjukan sekaligus makanan gratis. Para warga pun tergiur dengan embel embel makanan gratis sehingga mereka mengeluarkan sisa sisa uang mereka untuk membeli tiket pertunjukan itu. Leonora yang merupakan mantan aktris teater pun ikut menonton pertunjukan tersebut bersama anak dan suaminya.
Pertunjukan dibuka dengan hidangan yang segera disantap oleh penonton. Dari sini saya sudah menduga bahwa yang mereka makan adalah jenazah manusia. Selanjutnya pertunjukan dibuka dengan sambutan dari Mathias, pemilik hotel tempat pertunjukan itu digelar.
Mathias menyampaikan bahwa selama pertunjukan penonton diminta untuk memakai topeng. Kedua, pertunjukan digelar tidak di panggung melainkan seluruh ruangan di hotel. Ketiga, segala sesuatu yang terjadi adalah sandiwara.
Baca Juga : Deadly Illusion.
Setelah itu, beberapa aktris muncul melakukan dialog yang menggiring penonton untuk mengikutinya. Leonora dan keluarganya pun sama. Hanya saja, Leonora dan keluarganya terpisah dari rombongan. Tidak sampai disitu, Alice, anaknya pun hilang dari pengawasan Leonora dan suaminya.
Selanjutnya cerita mengalir seputar Leonora dan suaminya, Jacob, dalam menemukan Alice. Karena suatu hal, Leonora terpisah dari Jacob dan tanpa sengaja menemukan terowongan di bawah lantai hotel. Leonora pun menyusuri terowongan itu dan menemukan sebuah ruangan yang mengelola jenazah manusia untuk dihidangkan. Leonora pun berhasil menguak seluk beluk ruangan di hotel itu.
Cerita diakhiri dengan Leonora yang melabrak Mathias di hadapan para penonton lain yang berasal dari sesi lain. Leonora bertanya dimana anaknya dan hanya dijawab dengan tawa oleh Mathias. Leonora yang kesal pun berakting dan berhasil menggiring para penonton itu untuk mengikutinya. Mathias tidak tinggal diam dan menyuruh stafnya untuk menghentikan Leonora. Sayangnya, Leonora berhasil membawa para penonton dan staf Mathias ke ruangan dimana jenazah manusia diolah.
Singkat cerita, penonton dan staf Mathias bubar. Mathias pun dibunuh oleh salah satu staffnya. Sedangkan Leonora berhasil menemukan anaknya yang ternyata sehabis bermain. Leonora pun kembali ke kehidupannya, tanpa uang maupun makanan.
Menurut saya, cerita ini cukup membosankan di awal. Film berdurasi 86 menit ini membuat kita bertanya tanya sendiri di 50 menit pertamanya. Meski beberapa clue ditunjukkan di awal film, masih membuat kita cukup penasaran atas makna di baliknya. Beruntungnya film ini ditutup dengan baik melalui Leonora dan ide cerdiknya.
Sebenarnya ide cerita yang disampaikan cukup baik. Saya sendiri tidak dapat membayangkan jika berpisah dengan keluarga saya di hotel sebesar itu. Bagi saya, film ini sarat akan keputus-asaan. Jika memilih keluar dari hotel itu, mereka akan menghadapi kelaparan yang berujung kematian. Sedangkan memilih tinggal di hotel akan membuang rasa kemanusiaan mereka. Pilihan yang sulit.
Sejauh ini, film ini masih saya rekomendasikan untuk ditonton. Akhir cerita cukup mencengangkan, meski saya sudah tau dari awal bahwa makanan yang mereka makan adalah jenazah. Namun seluk beluk rumah itu cukup membuat penonton berkata “ ohhh jadi gitu”. Sayangnya kita diminta untuk bersabar di awal film tanpa adegan yang memacu adrenalin.